Jumat, 17 Desember 2010 | By: Lusiana Indrasari

Kategori gejala pada Bahasa Indonesia

Gejala Bahasa atau Peristiwa Bahasa
Gejala bahasa atau peristiwa bahasa itu di antaranya ialah:
(1) Adaptasi, penyesuaian bentuk berdasarkan kaidah fonologis, kaidah ortografis, atau kaidah morfologis

Contoh :
  • vyaya menjadi biaya
  • pajeg menjadi pajak
  • voorloper menjadi pelopor
  • fardhu menjadi perlu
  • igreja menjadi gereja
  • voorschot menjadi persekot
  • coup d'etat menjadi kudeta
  • postcard menjadi kartu pos
  • certificate of deposit menjadi sertifikat deposito
  • mass producIion menjadi produkmassa
(2) Analogi, pembentukan kata berdasarkan contoh yang telah ada.

Contoh :
  • Berdasarkan kata 'dewa-dewi' dibentuk kata :
    putra-putri, siswa-siswi, saudara-saudari, pramugara-pramugari
  • Berdasarkan kata 'industrialisasi' dibentuk kata :
    hutanisasi, Indonesianisasi
  • Berdasarkan kata 'pramugari' dibentuk kata :
    pramuniaga, pramuwisata, pramuria, pramusaji,pramusiwi
  • Berdasarkan kata 'swadesi' dibentuk kata :
    swadaya, swasembada, swakarya, swasta, swalayan
  • Berdasarkan kata 'tuna netra' dibentuk kata :
    tuna wicara, tuna rungu, tuna aksara, tuna wisma, tuna karya, tuna susila, tuna busana.
(3) Anaptiksis (Suara Bakti), penyisipan vokal e pepet untuk melancarkan ucapan Disebut juga suara bakti.
Contoh:
  • sloka menjadi seloka
  • srigala menjadi serigala
  • negri menjadi negeri
  • ksatria menjadi kesatria
(4) Asimilasi, proses perubahan bentuk kata karena dua fonem berbeda disamakan atau dijadikan hampir sama.

Contoh:
  • in-moral menjadi immoral
  • in-perfect menjadi imperfek
  • al-salam menjadi asalam
  • ad-similatio menjadi asimilasi
  • in-relevan menjadi irelevan
  • ad-similatio menjadi asimilasi
(5) Disimilasi, kebalikan dari asimilasi, yaitu perubahan bentuk katam yang terjadi karena dua fonem yang sama dijadikan berbeda.
Contoh :
saj jana menjadi sarjana
sayur-sayur menjadi sayur-mayur
(6) Diftongisasi, perubahan bentuk kata yang terjadi karena monoftong diubah menjadi diftong.Jadi kebalikan monoftongisasi.
Contoh :
  • sentosa menjadi sentausa
  • cuke menjadi cukai
  • pande menjadi pandai
  • gawe menjadi gawai
(7) Monoftongisasi, perubahan benluk kata yang terjadi karena perubahan diftong (vokal rangkap) menjadi monoftong (vokal tunggal)
Contoh :
  • autonomi menjadi otonomi
  • autobtografi menjadi otobiografi
  • satai menjadi sate
  • gulai rnenjadi gule
(8) Sandi (Persandian), perubahan bentuk kata yang terjadi karena peleburan dua buah vokal yang berdampingan, dengan akibat jutmlah suku kata berkurang satu.
Contoh :
  • keratuan menjadi keraton
  • kedatuan menjadi kedaton
  • sajian menjadi sajen
  • durian menjadi duren
Perhatikan jumlah suku kata!

ke - ra - tu - an ~> ke - ra - ton
1     2     3     4        1    2      3

du - ri- an ~> du - ren
 1     2   3        1     2


(9) Hiperkorek,
pembetulan bentuk kata yang sebenarnya sudah betul, sehingga hasilnya justru salah.
Contoh :
  • Sabtu menjadi Saptu
  • jadwal menjadi jadual
  • manajemen menjadi menejemen
  • asas menjadi azas
  • surga menjadi sorga
  • Teladan menjadi tauladan
  • izin menjadi ijin
  • Jumat menjadi Jum'at
  • kualifikasi menjadi kwalifikasi
  • frekuensi menjadi frekwensi
  • kuantitas menjadi kwantitas
  • November menjadi Nopember
  • kuitansi menjadi kwitansi
  • mengubah menjadi merubah
  • februari menjadi Pebruari
  • persen menjadi prosen
  • pelaris menjadi penglaris
  • system menjadi sistim
  • teknik menjadi tehnik
  • apotek menjadi apotik
  • telepon menjadi telfon
  • ijazah menjadi ijasah
  • atlet menjadi atlit
  • nasihat menjadi nasehat
  • biaya menjadi beaya
  • perusak menjadi pengrusak
  • zaman menjadi jaman
  • koordinasi menjadi kordinasi
(10) Kontaminasi, disebut juga kerancuan, yaitu kekacauan dimana dua pengertian yang berbeda, atau perpaduan dua buah struktur yang seharusnya tidak dipadukan.
Contoh :
  • berulang-ulang dan berkali-kali menjadi berulang-kali
  • saudara-saudara dan saudara sekalian menjadi saudara-saudara sekalian
  • musnah dan punah menjadi musnah
(11) Metatesis, pergeseran kedudukan fonem, atau perubahan bentuk kata karena dua fonem alau lebih dalam suatu kata bergeser tempatnya.
Contoh :
  • rontal menjadi lontar
  • anteng menjadi tenang
  • usap menjadi sapu
  • palsu menjadi sulap
  • keluk menjadi lekuk
(12) Protesis,perubahan fonem di depan bentuk kata asal.
Contoh :
  • lang menjadi elang
  • mak menjadi emak
  • mas menjadi emas
  • undur menjadi mundur
  • stri menjadi istri
  • arta menjadi harta
  • alangan menjadi halangan
  • sa menjadi esa
  • atus menjadi ratus
  • eram menjadi peram
(13) Epentesis, perubahan bentuk kata yang terjadi karma penyisipan fonem ke dalam kata asal
Contoh :
  • baya menjadi bahaya
  • bhayamkara menjadi bhayangkara
  • gopala menjadi gembala
  • jur menjadi jemur
  • bahasa menjadi bahasa.
(14) Paragog, perubahan bentuk kata karena penambahan fonem di bagian akhir kata asal.
Contoh :
  • mama, bapa menjadi mamak dan bapak
  • pen menjadi pena
  • datu menjadi datuk
  • hulu bala menjadi hulubalang
  • boek menjadi buku
  • abad menjadi abadi
  • pati menjadi patih
  • bank menjadi bangku
  • gaja menjadi gajah
  • conto menjadi contoh.
(15) Aferesis, penghilangan fonem di awal bentuk asal.
Contoh :
  • adhyaksa menjadi jaksa
  • empunya menjadi punya
  • sampuh menjadi ampuh
  • wujud menjadi ujud
  • bapak menjadi pak
  • ibu menjadi bu.
(16) Sinkop, penghilangan fonem di tengah atau di dalam kata asal.
Contoh :
  • laghu menjadi lagu
  • vidyadhari menjadi bidadari
  • pelihara menjadi piara
  • mangkin menjadi makin
  • niyata menjadi nyata
  • utpatti menjadi upeti.
(17) Apokop,
penghilangan fonem di akhir bentuk kata asal.
Contoh :
  • sikut menjadi siku
  • riang menjadi ria
  • balik menjadi bali
  • anugraha menjadi anugerah
  • pelangit menjadi pelangi.
(18) Kontraksi, gejala pemendekan atau penyingkatan suatu frase menjadi kata baru.
Contoh :
  • tidak ada menjadi tiada
  • kamu sekalian menjadi kalian
  • kelam harian menjadi kemarin
  • bagai itu menjadi begitu
  • bagai ini menjadi begini.

    Akronim, seperti balita, siskamling, rudal, ampera, pada dasarnya termasuk gejala kontraksi.
(19) Nasalisasi,
atau penyengauan, proses penambahan bunyi sengau atau fonem nasal, yaim /m/, /n/, /ng/, den /ny/.
Contoh :
  • me baca menjadi membaca
  • pe duduk menjadi penduduk
  • pe garis menjadi penggaris.
(20) Palatalisasi, penambahan fonem palatal /y/ pada suatu kata ketika kata ini dilafalkan.
Contoh :
pada kata ia, dia. pria, panitia, ksatria, bersedia, yang masing-masing dilafalkan /iya/, /priya/, /diya/. /panitiya/, dan /bersediya/. jadi palatalisasi muncul di antara vokal /i/ dan /a/ yang digunakan berdampingan.
(21) Labialisasi, penambahan fonem labial /w/ di antara vokal /u/ dan /a/ yang berdampingan pads sebuah kata.
Contoh :
pada kata uang, buang, ruang, juang, kualitas, dan lain-lain. Selain itu, labialisasi juga muncul di antara vokal /u/ dan/e/. atau /u/ dan /i/ seperti pada kata frekuensi dan kuitansi. Pada waktu kita lafalkan
kata-kata itu, terasa sekali, bahwa di antara vokal-vokat tersebut
timbul fonem labial /w/, misalnya uang kita lafalkan /uwang/,
(22) Onomatope,
proses pembentukan kata berdasarkan tiruan bunyi-bunyi.
Contoh :
  • hura-hura dari hore-hore.
  • aum (suara harimau)
  • meong (suara kucing)
  • embik (suara kambing)
  • desis (suara ular)
  • desah (suara napas)
  • ketuk (bunyi pintu atau meja dipukul dengan jari atau palu)
(23) Haplologi, proses perubahan bentuk kata yang berupa penghilangan satu suku kata di tengah-tengah kata.
Contoh :
  • samanantara menjadi sementara
  • mahardhika menjadi merdeka
  • budhidaya menjadi budaya

0 komentar:

Posting Komentar